Saat ini siapa yang tidak terkena dampak teknologi, baik secara positif maupun negatif? Bisnis pun tidak luput dari pengaruh teknologi, mulai dari yang sederhana seperti penggunaan komputer, email, aplikasi messaging, dan lain-lain.
Salah satu topik yang sedang trend saat ini adalah seputar industri 4.0. Pertanyaan yang biasanya mengikuti adalah: apakah bisnis anda sudah siap dengan industri 4.0?
Mari kita review sebentar mengenai definisi industri 4.0. Industri 1.0 terjadi saat penemuan mesin uap, yang membuat semua pabrik saat itu kemudian menggunakan mesin uap dalam proses produksi mereka agar mendapatkan kapasitas dan kecepatan yang lebih tinggi.
Kemudian berlanjut dengan industri 2.0 yang menggunakan conveyor belt atau ban berjalan, pertama kali diterapkan di industri mobil oleh Henry Ford yang membuat harga mobil turun drastis sehingga terjangkau oleh semua orang, dan pabrik mampu memproduksi mobil dalam jumlah yang sangat besar.
Teknik ini diterapkan di produk-produk lain dan mendapatkan hasil yang serupa: kapasitas produksi meningkat pesat dan harga turun drastis.
Kemudian ada industri 3.0 yang memanfaatkan komputer dalam proses bisnis. Saat itu yang disebut ‘komputer’ berbentuk mainframe yang besarnya seruangan, dan hanya perusahaan sangat besar yang mampu membelinya.
Kemudian terjadi revolusi komputer yang mengecil secara drastis dengan penemuan chip, sehingga komputer bisa diletakkan di atas meja, dan harganya sangat terjangkau, praktis semua orang bisa membeli komputer.
Tentu saja bisnis juga menggunakan komputer, dan setiap komputer tersebut apa pun merk-nya menggunakan sistem operasi Windows dan aplikasi Office, membuat Bill Gates jadi orang terkaya di dunia.
Industri 4.0 banyak menggunakan Internet di dalamnya, bukan sekedar komputer yang bisa browsing membuka Google dan mengirim email, tapi Internet sudah menjadi proses inti dari segala sesuatu, seperti cloud, Internet of Things, mobile, big data, blockchain, dan lain-lain.
Sebelum bicara industri 4.0 yang masih dipertanyakan kesiapan kita mengenai implementasinya, mari kita mundur sedikit ke industri 3.0. Apakah teknologi komputer ini sudah dimanfaatkan dengan benar dan optimal?
Sebuah perusahaan tidak bisa disebut sudah setara dengan standar industri 3.0 hanya dengan memiliki komputer yang bisa membuka Google, menulis dokumen Word, melakukan kalkulasi Excel, apalagi bila hanya dipakai bermain Solitaire di Windows.
Apalagi bila penggunaan aplikasi Office saja masih kurang sesuai dengan peruntukannya. Masih banyak orang yang menulis surat penawaran menggunakan Excel, kesulitan memasukkan objek chart dengan benar atau tidak mengenal gaya paragraf di Word selain sebatas mengetik terus-menerus, membuat slide Powerpoints yang benar-benar penuh dengan bullet points atau lebay dengan animasi dan WordArt di dalamnya.
Bukankah Excel memang digunakan untuk mengolah angka? Memang benar, tapi skalanya seberapa? Kalau produk anda, jumlah pelanggan dan jumlah transaksi anda tidak terlalu banyak, memang Excel sudah cukup canggih dan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan anda.
Namun di skala yang lebih besar, bisnis anda memerlukan sebuah aplikasi akuntansi yang lebih komprehensif. Dan bahkan dengan aplikasi ini pun, masih banyak yang tidak memanfaatkannya sebagai bagian dari proses bisnisnya, sebatas untuk menghasilkan laporan keuangan, yang juga belum tentu akurat seperti yang dikehendaki.
Di skala yang sangat besar, aplikasi akuntansi pun tidak cukup dan harus menggunakan aplikasi ERP (Enterprise Resource Planning) yang kali ini sudah pasti membuat pemilik bisnis menjadikannya sebagai bagian dari proses administrasi seluruh aspek bisnisnya. Namun harganya tidak murah dan implementasinya butuh waktu yang tidak sebentar.
Harga tidak murah dan investasi yang tampak besar ini yang seringkali menjadi alasan utama para pengusaha untuk tidak mengimplementasikan sistem yang lebih baik. Apalagi hal-hal ini lebih terkait ke operasional, bukan pemasaran, atau dengan kata lain, tidak tampak bagaimana sistem ini bisa membantu pengusaha untuk mendapatkan omzet yang lebih besar.
Saya setuju dengan alasan tersebut. Pengeluaran bukan hal yang akan disambut baik oleh pengusaha yang justru sedang mencari profit. Saya bisa berbagi bahwa ada 3 pengeluaran yang perlu dilakukan oleh pengusaha dalam bisnisnya: pengeluaran untuk mencari pelanggan baru, mempertahankan pelanggan lama, dan untuk melindungi keberlangsungan bisnis.
Investasi di bidang teknologi merupakan pengeluaran atau lebih tepatnya, investasi, untuk melindungi keberlangsungan bsinis. Bisa jadi bukan terkait dengan kapasitas bisnis, karena belum tentu ini tentang mendatangkan mesin yang lebih besar.
Namun dengan teknologi yang lebih baik, operasional anda sebenarnya lebih cepat dan meminimalkan kemungkinan salah. Ini akan mencegah pelanggan tidak puas dan kemudian mengeluh bahkan dengan kemungkinan berhenti berbisnis dengan anda.
Teknologi juga merupakan usaha untuk mempertahankan pelanggan lama anda. Ini bukan hanya tentang kepuasan pelanggan yang berasal dari interaksi manusia ke manusia, tetapi juga yang lebih penting adalah bagaimana pelanggan tetap mendapatkan apa yang diinginkan dengan cara yang lebih cepat, tepat, baik serta tetap aman.
Bank termasuk cukup inovatif dalam hal teknologi. Bila dulu bank berlomba-lomba mendatangkan nasabah ke kantor cabang, dan tidak terasa para nasabah ternyata makin banyak bertransaksi dengan mesin dan teknologi (ATM dan Mobile Banking), maka bank juga menyesuaikan diri dengan trend ini, seperti pengembangan aplikasi, sambil menerima dengan lapang dada bahwa model bisnisnya sudah bukan lagi mendatangkan pelanggan, namun yang penting pelanggan tetap terlayani oleh bisnis tersebut.
Hari ini, untuk bisa bertransisi ke teknologi dan digital, bukan semata-mata hanya bisa dilakukan oleh bank dan perusahaan besar, karena biaya untuk implementasi digital bisa dimulai dari nol. Tantangan terbesar transisi ke digital masih kembali ke manusianya, dan itu semua dimulai dari pemilik.
Teknologi meningkatkan kepercayaan pelanggan dan calon pelanggan untuk mau bertransaksi dan terus bertransaksi dengan anda, dan sekali lagi, teknologi mulai dipandang sebagai salah satu faktor bagi bisnis anda untuk bisa disebut ‘bonafide’ di mata pelanggan anda.
Jangan sampai pelanggan anda berpaling ke pesaing anda yang lebih ‘bonafide’ dan mampu menyediakan harga yang lebih murah, sekaligus pelayanan yang lebih baik dan memuaskan, melalui teknologi.