-----

Mengungguli Keunggulan

Share This Post

Setelah para pesaing mampu mendekati keunggulan, bagaimana cara pesaing mengungguli keunggulan dan menumbangkan para jawara? Aset fisik yang menambah keunggulan memang berguna, namun itu sulit untuk menjadi keunggulan utama.

Apa yang bisa menghalangi para pesaing untuk mendapatkan aset unggul tersebut? Mesin boleh yang paling canggih. Apakah hanya para jawara saja yang mampu membelinya? Apa yang bisa menghalangi para pesaing untuk juga membelinya?

Bila soal harga yang mahal, banyak pesaing yang juga memiliki kekayaan berlebih untuk membeli mesin yang sama, dan penjual mesin pasti dengan senang hati akan berpromosi dan menjualnya ke pihak lain juga, karena sebagai penjual, tugasnya memang berjualan. Bahkan mereka akan dengan bangga bilang, karena mesin ini para jawara itu menjadi jawara.

Bila anda juga membeli mesin ini, tentu anda juga berada di jajaran para jawara, dan tanpa mesin ini, anda tidak akan pernah bisa mendekati mereka. Kira-kira dibeli atau tidak mesin itu?

Bila lokasi adalah faktor yang membuat keunggulan, maka sekali lagi para pesaing juga bisa membeli tanah dan properti di lokasi tersebut. Bank Mandiri memiliki teknik sederhana yang jitu untuk bersaing dengan BCA.

Sebenarnya cukup lucu, mengingat Bank Mandiri sebenarnya lebih besar dari BCA, namun tetap saja BCA yang dianggap sebagai jawara untuk dikejar bahkan dikalahkan.

Salah satu faktor keunggulan BCA adalah jumlah kantor cabang yang banyak dan berada di lokasi terbaik. Jadi Bank Mandiri memutuskan untuk membuka kantor cabang di dekat kantor cabang BCA.

Pertimbangannya sederhana saja: BCA dalam memutuskan membuka kantor cabang di lokasi tertentu pasti sudah melewati pertimbangan yang masak, jadi Bank Mandiri tinggal ikut saja buka di jalan tersebut.

Dana ada, apa yang menghalangi Bank Mandiri untuk mendapatkan properti di mana saja, baik dengan cara beli ataupun sewa? Jadi kalau mau mencari kantor BCA atau Bank Mandiri, bila di suatu jalan sudah terlihat salah satunya, tinggal menoleh sekitarnya, mestinya terlihat ‘pasangannya’.

Lokasi pabrik sama juga. Ada kalanya lokasi yang dekat dengan bahan baku dengan akses yang mudah menjadi salah satu faktor keunggulan.

Namun para calon pesaing juga bisa membuka pabrik yang sejenis di lokasi yang sama, dan secara perijinan hampir pasti didapatkan, karena instansi pemerintah yang berwenang pasti akan mengijinkan, mengingat manfaat keberadaan pabrik bagi perekonomian sekitar pasti positif.

Pemerintah tidak bertugas untuk menjaga keunggulan para jawara, melainkan harus memberi iklim berusaha yang adil dan menjaga persaingan yang sehat.

Jadi faktor apa yang bisa mengungguli para jawara?

Manusia. Otaknya. Kreatifitasnya.

Manusia ini bukan sembarang manusia. Bukan manusia di level buruh yang dapat dengan mudah digantikan oleh manusia yang lain. Buruh tidak bisa sembarangan mengancam “kalau saya tidak dituruti, saya akan keluar!”, karena dengan mudah dia akan dipersilakan keluar dan posisinya dapat dengan mudah digantikan oleh manusia yang lain.

Bukan karyawan di tingkat entry level atau pemula, yang juga dapat dengan mudah digantikan oleh karyawan lain, yang bahkan lebih murah.

Bukan hanya digantikan oleh manusia yang lain, bahkan bisa saja digantikan oleh mesin, alat, robot, atau aplikasi. Saat pemerintah memutuskan jalan tol tidak boleh lagi menerima pembayaran secara tunai, melainkan harus menggunakan kartu, dan banyak gerbang tol otomatis (GTO) bermunculan, ini adalah pertanda bahwa karyawan penjaga pintu tol sudah terancam karirnya.

Memang masih ada karyawan yang menjaga pintu tol, namun sifatnya hanya melihat dan mengawasi, tidak boleh menerima pembayaran tunai. Ini bisa berarti karena perusahaan tidak serta-merta melakukan PHK terhadap mereka, sehingga diberi pekerjaan seperti ini, hanya melihat saja.

Namun bila mereka berbuat ulah, pasti mereka akan diberhentikan dan tidak digantikan oleh manusia yang lain, melainkan jumlah GTO yang tinggal ditambah, yang toh tidak terlalu mahal, tidak berbeda jauh dari gaji bulanan para karyawan tersebut, namun sifatnya permanen: sekali pasang, setelah itu berfungsi terus.

Berbeda dengan manusia di manajemen tingkatan menengah dan tinggi, mereka bisa mempengaruhi hasil akhir yang dicapai perusahaan. Mereka ikut andil dalam hidup matinya perusahaan. Seorang chef misalnya, ikut menentukan keberhasilan sebuah restoran.

Tentu sekali lagi bukan sembarang chef. Bila chef tersebut hanya bisa membuat masakan yang standar dan banyak chef lain yang bisa, maka dia kembali menjadi chef biasa atau orang biasa, dapat dengan mudah digantikan.

Chef yang bisa merancang menu dan memberi ciri khas pada cita rasa masakan sebuah restoran adalah chef yang sangat berharga dan sulit dicari gantinya, kalaupun ada, belum tentu lebih baik, juga belum tentu lebih murah (bila ini dijadikan alasan untuk mengganti).

Memang perlu disadari bahwa tidak ada seorang manusia di dunia ini yang tidak bisa digantikan. Manusia paling unggul sekalipun akan sadar bahwa keunggulan hanya bersifat sementara, dan ada saatnya harus digantikan, terlepas dari apa pun hasilnya, dan biarlah hasil yang dicapai tersebut menjadi pembelajaran bagi organisasi di masa yang akan datang.

Apa hal yang bisa menambah keunggulan manusia agar menjadi manusia yang tidak dapat dengan mudah digantikan? Salah satu keunggulan adalah cita rasa seni. Seni ini yang akan menjadi pembeda di kala semuanya sudah tampak sama.

Saat komputer begitu standar dari sebuah merk ke merk yang lain, Apple muncul sebagai komputer yang tidak sama. Apa yang membedakannya? Kecepatan? Bukan. Fitur? Tidak terlalu signifikan dan inovasi fitur yang dilakukan Apple dapat ditiru oleh pesaingnya dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Dari awal Apple meletakkan pondasi teknologinya di atas cita rasa seni. Bentuknya bagus, sistemnya indah, dan mereka mengadakan event besar yang ditunggu-tunggu, karena ada cita rasa seni di dalamnya. Bahkan tokonya, Apple Store, memiliki cita rasa seni yang disukai oleh banyak orang.

Seorang chef kalau hanya masak nasi goreng, banyak yang bisa, dan chef begini juga tidak akan dibayar mahal. Namun chef yang bisa merancang menu yang luar biasa, tidak mudah ditiru, tentu hanya restoran besar yang mau dan mampu mempekerjakannya.

Bahkan tidak akan jauh dari membuka restoran sendiri, yang nanti akan diajak oleh pebisnis untuk menjadi mitra bisnis: chef yang mengurusi masakan, pebisnisnya yang mengurusi strategi bisnis berikut pengembangannya.

Pebisnis juga sama, walaupun sudah disebut ‘bos’. Bila hanya bisa buka toko biasa, banyak yang bisa, dan tidak ada keunggulannya. Kalau tokonya tutup, mungkin orang lain akan membuka toko di lokasi tersebut, bisa toko yang berjualan produk-produk sejenis atau toko yang berbeda.

Pebisnis yang standar hanya seperti bintang di langit dan rumput di padang: lebih satu atau kurang satu juga tidak terasa bedanya.

Pebisnis seperti Steve Jobs tiada duanya. Di tangannya, Apple bangkit. Tanpanya, Apple kehilangan roh inovasi. Eksekusi di tangan penggantinya, Tim Cook, boleh tetap mengandung keunggulan yang menjadi ciri khas Apple.

Harga saham tetap meroket, rekor profit terus dicetak, namun ada yang kurang: kemampuan Apple untuk menghasilkan fanatisme baru. Tim Cook boleh berhasil membuat produk MacPro, sebuah komputer berbentuk silinder yang sangat canggih dan inovatif.

Tim Cook melahirkan produk Apple Watch, HomePod dan berbagai produk baru lainnya. Namun tidak ada fanatisme baru yang muncul, tidak seperti saat iPhone dan iPad diluncurkan. Bahkan jajaran produk Mac tidak menghasilkan hal baru yang fantastis.

Bill Gates berhasil membawa Microsoft dari lahir sampai menjadi raksasa industri. Penggantinya, Steve Ballmer, membuat Microsoft stagnan selama 12 tahun. Microsoft tetap profit, secara bisnis baik, dan Steve Ballmer adalah CEO yang baik, namun bukan CEO yang hebat.

Di tangannya, Microsoft dilewati oleh Google, Amazon dan Apple yang baru bangkit belakangan. Satya Nadella yang membawa Microsoft kembali ke puncak, kembali mengalahkan Google, Amazon dan Apple secara kinerja bisnis di bursa efek.

Jadi Bill Gates bukan tidak bisa digantikan. Penggantinya mungkin tidak lebih baik. Namun penggantinya juga bisa digantikan lagi oleh yang lebih baik.

Bagaimana mencetak manusia-manusia yang mampu mengungguli keunggulan? Perlu diingat, bahkan Steve Jobs dan Bill Gates pun tidak serta-merta jadi jawara.

Kalau dikenal pada saat muda dulu, mereka mungkin tidak jauh berbeda dari teman-temannya. Kemampuan untuk mengungguli keunggulan harus muncul dari dalam diri sendiri, yang kemudian didukung dengan berbagai faktor seperti situasi, keadaan, dan sumber daya, di saat yang tepat, untuk bisa muncul sebagai jawara.

Untuk ukuran hari ini, akan jadi terlalu lama bila harus menunggu semua faktor-faktor tersebut terjadi di saat yang bersamaan. Ini akan sama sulitnya menunggu bintang-bintang untuk membentuk garis lurus sebagai saat yang tepat untuk melakukan sesuatu.

Ada hal lain yang perlu dilakukan untuk mempercepat hal tersebut dan secepatnya mengetahui bisa sejauh apa potensinya.

Coaching.

Coaching bisa dilakukan terhadap para potensi tersebut, dengan tantangan-tantangan yang tepat, untuk membuat mereka menembus batas keluar dari zona nyaman dan mencapai hal-hal baru.

Tentu bahkan coach-nya juga bukan coach sembarangan, yang masih bingung dan coba-coba. Diperlukan coach yang tahu dan bisa merancang tantangan-tantangan yang tepat, membawa para client keluar dari zona nyaman mereka, melalui komunikasi yang langsung dan pertanyaan-pertanyaan yang memberdayakan.

Para client juga harus merupakan tipe orang yang memiliki keinginan yang membara untuk menjadi pribadi yang unggul dan mencetak prestasi baru, yang belajar dari kegagalan dan mencoba cara-cara baru, berinovasi dalam strategi untuk meraih keunggulan di teritori yang baru.

Hal ini sebenarnya banyak dilakukan oleh pebisnis yang sudah berhasil melakukan regenerasi, dengan melatih generasi penerus agar menjadi generasi penerus yang unggul.

Seringkali mereka memposisikan anak-anak mereka di berbagai departemen untuk belajar hal-hal yang baru di sana, dan membiarkan anak-anak mereka mengikuti pola biasa untuk meniti jenjang karir di perusahaan yang dibangun oleh orang tua mereka.

Namun tidak semua orang memiliki orang tua pebisnis yang sudah memiliki perusahaan di mana mereka bisa belajar dan berinovasi. Seringkali bahkan inovasi itu ditutup, karena mereka justru harus melakukannya dengan cara yang sudah terbukti berhasil di masa lampau (walaupun belum tentu berhasil di masa depan).

Cukup banyak orang tua menyekolahkan anak mereka ke luar negeri hanya untuk pulang dan menjaga toko, dan melakukannya dengan cara yang konvensional, dan sebenarnya tidak perlu sekolah tinggi untuk melakukan hal tersebut, terbukti dari orang tua mereka yang mungkin tidak sekolah tinggi namun bisa melakukannya.

Zaman sekarang, jasa coaching sudah terbuka dan dapat diakses oleh siapa saja. Coach yang hebat menjadi salah satu faktor keunggulan yang bisa didapatkan oleh semua jawara di bidang apa pun, hari ini.

YAKIN STRATEGI MARKETING BISNIS ANDA SUDAH PUNYA SISTEM BISNIS YANG BAIK?

Hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 MENIT saja, Anda bisa mengetahui bagian mana saja yang belum optimal di perusahaan!

More To Explore

OMZET PERUSAHAAN SEMAKIN MENURUN?

Konsultasikan Gratis Bersama Kami Sekarang Juga!

Top