Perang dagang antara Amerika dan Tiongkok makin panas. Akhirnya Huawei selaku salah satu perusahaan Tiongkok yang sangat berpengaruh ditutup aksesnya untuk bisa mendapatkan pasokan penggunaan teknologi Amerika, termasuk yang paling membuat heboh dan langsung terkait dengan pengguna, yaitu Huawei tidak boleh lagi menggunakan sistem operasi Android untuk produk ponselnya dan Microsoft Windows untuk produk komputernya.
Bila dipikir sepintas, seakan-akan ini bisa membuntu jalan Huawei di industri ponsel pintar dan komputer.
Di ponsel pintar, kalau bukan pakai Android, mau pakai sistem operasi apa lagi yang bisa cepat diterima pasar? Apple jelas tidak mengijinkan pihak lain menggunakan iOS, sementara sistem operasi Windows Phone selain sudah dihentikan oleh Microsoft, juga tetap akan dilarang (Huawei tidak boleh menggunakan sistem operasi Windows).
Di industri komputer, tanpa Microsoft Windows, lalu mau pasang sistem operasi apa? Pilihannya tinggal berbagai varian Linux yang juga tidak kompatibel satu sama lain, dan tidak akrab untuk pengguna umum. Mau pakai sistem operasi Android maupun Chrome buatan Google juga tidak bisa, karena dilarang.
Kira-kira, apakah Huawei mati kutu? Perusahaan sekelas Huawei tidak akan menyerah dengan begitu gampang. Apalagi dengan mental Tiongkok yang pantang menyerah, selalu ada jalan.
Solusi cepat sebenarnya tidak sulit. Google memiliki produk Android yang sifatnya umum dan bisa diubah siapa pun (open source), boleh langsung digunakan, tapi tidak akan mendapat dukungan apa pun dari Google.
Aplikasi Playstore, Gmail, Youtube bisa dihapus. Selama ini di Tiongkok memang sudah demikian adanya, tanpa ada larangan dari Amerika sekalipun. Ini justru merupakan kebijakan pemerintah Tiongkok sendiri untuk tidak menggunakan produk luar Tiongkok untuk urusan strategis seperti ini.
Jadi rakyat pengguna ponsel pintar di Tiongkok, walaupun berbasis Android, mereka tidak kenal Playstore karena ada store sejenis dari Baidu, ada beberapa layanan email besar di Tiongkok yang tidak kalah dengan Gmail, seperti 163 dan QQ, ada layanan video Youku yang juga tidak kalah dengan Youtube.
Mereka memiliki Weibo sebagai pengganti Twitter. Aplikasi pesan instan produk luar Tiongkok juga dilarang, sehingga rakyatnya menggunakan Weixin (Wechat) buatan Tencent. Belanjanya bisa di Taobao milik Alibaba. Jadi apa yang hilang?
Walaupun menggunakan ponsel berbasis Android, pengguna ponsel di Tiongkok lebih banyak aktif di aplikasi Weixin (Wechat), karena Wechat tidak hanya merupakan aplikasi pesan instan biasa seperti WhatsApp yang kita kenal.
Wechat memiliki wallet sendiri, sehingga rakyat Tiongkok sudah terbiasa bertransaksi satu sama lain dengan wallet dari Wechat. Begitu terbiasanya, mereka sudah tidak lagi membawa uang tunai, karena uang mereka ada di Wechat, termasuk untuk membayar uang parkir, mengirim angpao dan membayar makanan di depot.
Wechat bisa dipasangi berbagai aplikasi lain, karena memiliki toko aplikasi semacam Playstore di dalam Wechat! Browsing juga dilakukan di dalam Wechat. Menelpon dengan suara atau video juga dilakukan dari Wechat.
Yang merasa kehilangan adalah pengguna Huawei dari luar Tiongkok. Huawei dan seluruh produsen ponsel pintar memang harus mengikuti aturan pemerintah Tiongkok, bahwa ponsel pintarnya tidak boleh ada layanan Google selain sistem operasi Android.
Jadi bahkan Samsung sekalipun tidak boleh ada Playstore, Gmail, dan Youtube dalam ponsel mereka bila produk tersebut akan dipasarkan di Tiongkok. Mau dipaksa juga tidak bisa, karena begitu masuk wilayah Tiongkok, layanan Google semuanya tidak bisa diakses.
Begitu juga dengan Facebook, Instagram, Line dan lain-lain. Sebaliknya, produsen ponsel pintar dari Tiongkok memasangkan aplikasi Google untuk pasar di luar Tiongkok agar produk mereka bisa diekspor keluar dan diterima oleh pasar dunia, namun produk-produk tersebut tidak boleh dipasarkan di dalam negeri mereka.
Sekarang bisa dibayangkan bila Huawei tidak boleh memasangkan aplikasi Google dalam ponsel pintarnya untuk pasar di luar Tiongkok, sementara platform sejenis untuk pasar Tiongkok tertutup untuk orang luar Tiongkok.
Orang luar tidak boleh memiliki akun 163, QQ, Tencent, karena aktivasinya membutuhkan nomor ponsel Tiongkok. Wechat boleh dipakai oleh seluruh dunia, namun sub-aplikasi dalam Wechat dan wallet-nya hanya bisa digunakan oleh orang Tiongkok saja. Jadi dengan ditutupnya layanan Google untuk Huawei, ini akan mengganggu bisnis Huawei di luar Tiongkok.
Namun seharusnya ini tidak menjadi kiamat untuk bisnis ponsel Huawei. Kita tidak bicara bisnis Huawei yang lain, luar biasa luas cakupannya. Khusus bisnis ponsel dan komputer saja. Apa yang kira-kira akan terjadi berikutnya tanpa Android dan Windows untuk Huawei?
Secara umum, Tiongkok sangat menyadari pentingnya teknologi bagi dunia bisnis, dan walaupun memiliki jumlah penduduk yang luar biasa banyak, Tiongkok tidak segan-segan mendorong penerapan teknologi industri 4.0, yang efeknya bisa mengurangi kebutuhan tenaga kerja alias menambah pengangguran, yang penting bermanfaat positif bagi ekonomi secara umum. Dan di Tiongkok, siapa yang berani mendemo pemerintahnya?
Dari segi jumlah penduduk yang 1,4 milyar, bila menggunakan asumsi kasar 20% penduduk adalah penduduk bertalenta dan berbakat, maka Tiongkok memiliki 280 juta penduduk bertalenta dan berbakat, atau lebih besar dari populasi Indonesia saat ini! Silakan dibayangkan, apa yang terjadi bila 280 juta talenta dan bakat dikumpulkan jadi satu dalam sebuah sinergi untuk mencapai tujuan bersama.
Bisa kita lihat, dalam waktu singkat Tiongkok memiliki aplikasi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang tidak kalah dari Amerika. Alibaba sudah menggunakan robot di gudangnya, polisi menggunakan robot untuk membantu patroli, dan lain-lain.
Teknologi pengenalan suaranya sudah bisa memperhitungkan perbedaan nada tinggi-rendah yang dalam Bahasa Mandarin sangat krusial, karena beda nada bisa beda arti, belum logat yang berbeda antar daerah dalam pengucapannya bisa mendistorsi makna.
Ini semua sudah bisa ditangani dengan teknologi, sehingga mereka sudah memiliki teknologi penerjemahan 2 arah dari Bahasa Mandarin ke bahasa lain (terutama Bahasa Inggris).
Dengan apa yang sudah mereka kembangkan sampai hari ini, apa sulitnya membuat sebuah sistem operasi yang baru? Huawei sudah terbukti bisa membangun sistem operasi LiteOS untuk produk selain ponsel pintar dan komputer.
Huawei menggunakan chip sendiri, tidak bergantung dari produsen chip dari Amerika, untuk produk ponsel pintarnya. Jadi Tiongkok sudah membuktikan kemampuannya. Tidak akan sulit untuk membangun sistem operasi baru untuk ponsel pintar dan komputernya.
Bisa diasumsikan Huawei mengembangkan sebuah sistem operasi yang setidaknya setara dengan Android versi open source yang bisa dipakai siapa pun dan boleh dimodifikasi menjadi apa pun.
Huawei tidak dilarang untuk menggunakan sistem operasi ini, dan dengan sifatnya yang open source, bisa dikembangkan menjadi sebuah sistem operasi khas Huawei dalam waktu yang sangat singkat, karena tidak mulai dari nol. Namanya saja nanti diganti untuk menjadi sebuah brand yang bisa dipasarkan.
Kemudian, pengembang aplikasi asal Tiongkok tinggal membuat aplikasi khusus untuk sistem operasi tersebut. Tidak akan sulit mengingat jumlah pengguna produk Huawei yang sangat besar. Bisa jadi pemerintah ikut mendorong, kalau bukan menekan, para developer tersebut untuk mendukung Huawei, bahkan dengan insentif pajak misalnya.
Secara bisnis tetap menguntungkan bagi para pengembang tersebut. Jadi bisa dibayangkan, aplikasi Wechat berikut seluruh turunan sub-aplikasi di dalamnya akan tersedia di sistem operasi yang baru tersebut, ditambah dengan seluruh aplikasi dari Baidu, 163, Weibo, Alibaba semua tersedia di aplikasi yang baru.
Untuk aplikasi lain, Tiongkok memiliki pengembang di segala bidang yang siap untuk mengembangkan aplikasi di platform yang baru, seperti Kingsoft Office.
Jadi untuk rakyat Tiongkok, apa yang kurang? Wechat di platform yang baru tetap bisa berkomunikasi dengan Wechat di platform lain, seperti iOS bagi pengguna iPhone di Tiongkok maupun Wechat di Android untuk pengguna di luar Tiongkok. Sama sekali tidak ada yang kurang, konektivitas tetap berjalan dengan baik.
Jadi untuk rakyat Tiongkok, apa yang kurang? Wechat di platform yang baru tetap bisa berkomunikasi dengan Wechat di platform lain, seperti iOS bagi pengguna iPhone di Tiongkok maupun Wechat di Android untuk pengguna di luar Tiongkok. Sama sekali tidak ada yang kurang, konektivitas tetap berjalan dengan baik.
Bisa jadi, nanti Microsoft juga ikut mengembangkan Microsoft Office untuk platform baru tersebut (Microsoft telah mengembangkan Microsoft Office untuk iOS dan Android, membuktikan bahwa mereka tidak membatasi diri).
Huawei dilarang menggunakan Microsoft Windows bukan berarti Microsoft tidak boleh mengembangkan Office untuk sistem operasi yang baru milik Huawei. Apalagi Microsoft memiliki perusahaan di Tiongkok, jadi tidak akan sulit untuk mendaftarkan aplikasi ke toko aplikasi di platform baru tersebut sekaligus mendapatkan profit dari sana, bila perlu.
Bahkan bisa jadi Huawei berpikir lebih besar lagi: membuka diri untuk pengguna di luar Tiongkok, sehingga bisa ikut menikmati toko aplikasi semacam Playstore, dengan batasan-batasan tertentu (membedakan pengguna Tiongkok dan luar Tiongkok) seperti yang dilakukan oleh Wechat, dan tidak menutup kemungkinan pengembang di luar Tiongkok ikut mengembangkan aplikasi untuk platform Huawei ini.
Cerita yang sama akan terjadi juga untuk menggantikan Microsoft Windows, dengan menggunakan Linux open source sebagai basis pengembangannya. Bila pengguna cukup banyak, pengembang akan berdatangan.
Akhirnya, Tiongkok akan memiliki sistem operasi baru yang kuat, bahkan pemerintahnya bisa jadi melarang seluruh penggunaan sistem operasi dari luar Tiongkok seperti buatan Microsoft dan Google (pembalasan).
Secara bisnis malah lebih bagus, karena devisa yang keluar dari Tiongkok akibat menggunakan teknologi luar akan berkurang jauh, sekaligus meningkatkan kompetensi dalam negeri Tiongkok di bidang teknologi, bahkan mengekspornya keluar untuk bersaing dengan teknologi dari perusahaan yang sudah ada, seperti Microsoft dan Google.
Kebijakan President Trump bisa jadi justru akan membuat Tiongkok makin kuat secara ekonomi dan bisnis, bahkan teknologi.